"Usaha tidak akan mengkhianati hasil."
Mungkin yang lebih benar adalah:
"Usaha yang konsisten lah yang tidak akan mengkhianati hasil."
Terdengar sebuah aksi yang sama, yaitu sama-sama berusaha. Tapi tahukah kamu bahwa memulai sesuatu tidak lebih sulit daripada mempertahankan sesuatu?
Yap, memulai memang sulit, tetapi lebih sulit mempertahankannya. Hari ini kamu belajar jam 8 hingga jam 9 malam. Kamu membuat jadwal untuk belajar sesuatu selama satu jam setiap hari di tengah kepadatan jadwal, entah itu pekerjaan yang memuakkan, membosankan atau malah tidak bekerja sama sekali. Kamu membuat jadwal belajar satu jam perhari untuk membuatmu lebih produktif dan tetap mempertahankan "learning long life"
Hari ini kamu berhasil menepatinya, start jam 8 tepat lalu berakhir jam 9 tepat. Besoknya kamu juga berhasil menepatinya, besoknya lagi kamu mulai molor satu menit lebih lambat. Besoknya kamu malah memulainya jam 8.10. Besoknya lagi kamu terlambat 15 menit,besoknya terlambat setengah jam. Sampai akhirnya kamu hanya belajar 15 menit saja. Dan kamu sampai pada titik muak, lelah, menyalahkan apa yang kamu pelajari, menyalahkan dirimu yang merasa tidak berkembang meski belajar banyak, kamu mulai tidak patuh pada jadwal yang telah kamu tetapkan sendiri.
Kamu lelah untuk Disiplin.
Orang-orang berkata konsisten adalah jalan hidup bahagia atau kekonsistenan membuat hidup lebih baik. Semua argumentasi mengenai konsisten dan disiplin adalah hal yang menyakitkan. Jika tidak ada koordinasi dengan niat dan tujuan semuanya jadi bumerang dan jadi perang internal dalam batin kita sendiri.
Namun ada orang yang berpendapat bahwa meskipun melelahkan setidaknya kamu tidak menyia-nyiakan waktumu.
"Men-scroll tiktok dan menonton video short di YouTube itu menyenangkan, belajar dan membaca ilmu pengetahuan baru membuat ngantuk."
Kalimat di atas kini menjadi lebih berbahaya karena hobi-hobi tertentu yang seharusnya diisi pada waktu luang menjadi sebuah habit yang tidak teratur dan tidak terjadwal.
"Buka tiktok sebentar ah 10 menit mumpung luang."
Mengisi sesuatu pada saat luang, adalah akar dari konsistensi dan disiplin. Jika kamu mulai sarapan roti pada pagi hari, maka sarapan nasi akan membuat perutmu mual. Maka dari itu muncullah kalimat nasi tidak enak. Padahal habit-lah yang membuatnya jadi seperti itu.
Kalau kamu mengambil atau mencuri waktu 10 menit tidur di tengah pekerjaan, maka kamu akan kecanduan melakukannya. Awalnya 10 menit, lama-lama jadi 1 jam. Prokrastinasi jadi terdengar lebih mudah ketimbang konsisten. Prokrastinasi itu seperti permen kaki, enak di lidah, tapi tanpa kamu sadari meninggalkan bekas merah yang sulit hilang di sana.
Mudahnya, prokrastinasi adalah bentuk nyata dari "Bersenang-senang dahulu, bersusah-susah kemudian".
Sedangkan disiplin adalah bentuk nyata dari "Bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian".
Keduanya memiliki pattern yang sama, terus-terus kita ulang seolah terjadwal dengan rapi dalam otak. Hanya saja sensasi yang dirasakan berbeda, sehingga hasil akhir yang didapatkan pun berbeda. Namun kedua-duanya sama-sama aktivitas yang membuang tenaga, kadang melelahkan dan mendoktrin hidup.
Kamu pasti pernah merasa bosan dengan tiktok, juga bosan dengan YouTube, bahkan bosan dengan WhatsApp, tapi kamu tidak memiliki pelarian untuk menyumbangkan kemana lagi energimu. Karena kamu tidak memiliki cukup habit yang bisa kamu ingat. Jadwal kamu buat, kamu kacaukan sendiri dengan main game yang nikmat sesaat, kamu kacaukan dengan healing yang berkedok self-reward yang berakhir menyiksa dompetmu sampai kering.
Gelasmu kini tumpah oleh agenda-agenda yang tidak terlalu penting, yang kamu ingat-ingat lagi malah membuat dirimu semakin memburuk, malas dan tertinggal. Semua terlihat sudah berada dalam fase yang tepat, seolah hanya kamu yang merasa terlambat mempelajari semuanya.
Prokrastinasi itu melelahkan.
Melihat gadget terus-terusan, mata jadi lelah bahkan minus bertambah. Terus-terusan begadang nonton film, membuat overthinking dan insomnia. Terus-terusan scroll sosmed menggerus kepercayaan diri dan menjadi bumbu untuk semakin terus rebahan. Memeluk zona nyaman dengan keangkuhan tapi kesadaran diri tinggi tak bisa membuangnya. Kamu lelah. Kamu lelah menghadapi dirimu sendiri.
Jadi mana yang lebih melelahkan? Konsisten dan disiplin ataukah prokrastinasi dan keraguan?
Tidak ada aksi yang tidak membuang energi, karena itu pilihlah dengan bijak bagaimana cara menggunakan energi, waktu dan kesadaran kamu untuk meningkatkan kesembangan hidup. Bersenang-senang tidak salah, yang salah adalah ketika kamu membuatnya menjadi habit. Konsisten memang melelahkan, tapi kamu akan menikmatinya jika membuatnya menjadi habit. Dan habit yang baik, berawal dari aksi kecil yang baik.
Mungkin sebenarnya 'hasil' memang dapat mengkhianati 'usaha' kita kapan saja. Tetapi 'hasil' mungkin akan berpikir dua kali untuk mengkhianati jika usaha kita bukan usaha biasa saja, tapi 'usaha' yang konsisten, disiplin dan berkelanjutan. Juga tergantung bagaimana kita mendeskripsikan 'hasil' itu sendiri. He..he..hee
Sekian dan terima kasih